Setyo Hajar Dewantoro Pendukung Garis Keras Jokowi, Kirim Surat Terbuka ke Presiden Jokowi Terkait Pendemi Covid-19

Iklan Semua Halaman

.

Setyo Hajar Dewantoro Pendukung Garis Keras Jokowi, Kirim Surat Terbuka ke Presiden Jokowi Terkait Pendemi Covid-19

Staff Redaksi Media DPR
Jumat, 12 Juni 2020


DENPASAR BALI | MEDIA-DPR.COM, Setyo Hajar Dewantoro (Guru Spiritual) termasuk orang yang rela berisiko nyawa dalam mendukung Presiden Joko Widodo.
Sethyo Hajar Dewantoro adalah salah satu pendukung garis keras Presiden Joko Widodo meski tak tercatat secara resmi dalam BARISAN RELAWAN JOKOWI.

"Karena saya punya harapan besar bagi Indonesia untuk menapaki era baru yang lebih Pancasilais dan penuh kemakmuran, di bawah kepemimpinan panjenengan Bapak Presiden Republik Indonesia", kata Setyo Hajar Dewantoro ketika dihubungi Kepala Biro MEDIA-DPR.COM Jumat,(12/6) melalui sambungan telephone.

"Hari ini saya harus menulis surat terbuka ini kepada Presiden Joko Widodo dan ini surat terbuka pertama yang pernah saya buat", imbuhnya.
Setyo Hajar Dewantoro lanjut memaparkan, Saya digerakkan oleh Sang Maha Agung dalam menulis surat ini, menimbang pada sebuah situasi kritis yang harus direspon dengan tepat. Semua berangkat dari rasa kasih kepada rakyat Indonesia, kepedulian yang besar kepada nasib bangsa dan negara ini.


"Juga karena saya mengasihi panjenengan dengan murni, maka saya harus mengatakan kebenaran, mengoreksi kebijakan yang kurang selaras", ungkapnya.
Bapak Presiden yang saya hormati, ini semua tentang bagaimana negara kita menghadapi isu Covid-19. Dalam kesadaran saya, kebijakan _new normal_ yang digaungkan pemerintah di satu sisi memang layak dihargai, karena menjadi pemicu geliat ekonomi yang menyelamatkan negara dan rakyat.

Tetapi ada satu hal mendasar; kebijakan ini belum bergeser dari kebijakan sebelumnya, dasarnya adalah ketakutan yang tak realistis terhadap "Covid 19".
Saya bisa mengerti bahwa Pemerintah RI ada dalam situasi yang sulit, karena tekanan internasional melalui WHO yang sarat kepentingan politik dan ekonomi dari pihak elit global. Justru itu, dalam situasi demikian, kita perlu kembali pada nilai Pancasila yang Agung: Kedaulatan Rakyat. Mari kita bertindak sesuai tuntunan Tuhan Yang Maha Esa, dengan hikmat kebijaksanaan yang muncul dari relung jiwa. 


Bapak Presiden, perkembangan kasus Covid-19 selama sekitar 3,5 bulan ini tentunya telah memberi data yang memadai untuk dapat menyelami isu ini secara tepat, untuk mengerti tingkat bahaya dan dampak virus Corona pada rakyat Indonesia, dan bagaimana kebijakan yang lebih tepat di masa depan. 

Satu isu krusial yang perlu disepakati secara bersama oleh para pemangku kepentingan adalah, seberapa bahayakah virus ini? Data telah berbicara, per tanggal 11 Juni 2020 tercatat ada 12.636 kesembuhan.  Ini menjelaskan bahwa _kita telah menemukan cara menyembuhkan penyakit akibat virus ini._

Jadi jelas bahwa Covid-19 bukan penyakit yang tak ada obatnya, bukan penyakit yang sulit disembuhkan.
Pemerintah hanya perlu meriset lebih detail tentang mekanisme penyembuhan ini dan mensosialisasikannya kepada rakyat banyak. Angka kematian berada di posisi 2000 orang.

Tanpa mempertimbangkan aspek _comorbid_ pun, kita sudah punya data bahwa Covid-19 tidak signifikan terhadap peningkatan _death ratio_ di Indonesia. _Death rate_ di Indonesia diperkirakan ada pada 6,57 per 1000 orang dalam setahun.  Per 3,5 bulan, diproyeksikan mencapai 507.640 orang. 2000 kematian sama sekali tidak signifikan, apalagi jika kita menimbang berapa angka kematian murni akibat Covid-19 yang mendekati _zero_.

Melihat data ini, kebijakan yang paling tepat bagi Indonesia adalah normalisasi penuh. Kita tidak sepatutnya menerapkan kebijakan yang merusak tatanan sosial, menghancurkan ikatan keguyuban masyarakat yang terekspresikan dalam kedekatan fisik dan keakraban psikologis.
Kita juga tak patut menghancurkan banyak sektor usaha, seperti sektor usaha transportasi dan pariwisata yang menjadi gantungan hidup puluhan juta orang, hanya gara-gara virus yang sangat tak berbahaya dan bisa disembuhkan. 

Sekarang, saatnya Bapak Presiden memimpin kami untuk menjadi bangsa berdaulat, yang bisa menentukan nasib sendiri tanpa tekanan pihak mana pun.
Sekarang saatnya Bapak memandu kami untuk hidup dalam kompas nilai-nilai Pancasila yang Agung, membuktikan bahwa kita adalah bangsa yang besar yang tak bisa dijatuhkan dan dimanipulasi dengan cara apa pun.

Bapak Presiden yang saya kasihi, silakan Bapak lihat di lapangan, mayoritas rakyat kita tak takut pada Covid-19. Mereka telah banyak yang hidup normal tanpa protokol kesehatan ala WHO. Nyatanya mereka tetap sehat, tak ada yang mati bergelimpangan seperti ramalan para ahli epidemi yang _overestimate_ pada bahaya Covid-19.

Dengan kesungguhan hati, mohon jangan rakyat dibuat susah dengan _gerebeg_ pasar tradisional untuk _rapid test_ Covid yang sering dilanjutkan dengan penutupan pasar itu, jika ada yang terbukti positif. Jangan membuat sulit juga gerak kami dengan aturan yang rumit dan mahal, saat harus memakai moda transportasi. Siapa lagi yang bisa melindungi rakyat kecuali panjenengan?
Kita punya kebijaksanaan tradisional untuk menjadi bangsa yang sehat. Bukan dengan menyebarluaskan ketakutan yang tak realistis, bukan dengan banyak aturan menyusahkan, tetapi dengan tradisi hening cipta dan hidup spiritual yang meningkatkan imunitas, dengan tradisi jejamuan yang menyehatkan seperti yang pernah Bapak promosikan. 

Mari Pak, pandu kami menjadi bangsa yang agung dan berdaulat. Kita sudah menang atas Covid-19 dan semua pihak yang menungganginya.
"Pimpinlah kami menjadi Garuda-garuda yang perkasa tak terkalahkan oleh apa pun", pungkasnya.
Merdeka!
(SHD/GUN)

close