PANUTAN BERNASAB MULIA MANGKAT

Iklan Semua Halaman

.

PANUTAN BERNASAB MULIA MANGKAT

Staff Redaksi Media DPR
Jumat, 24 Juli 2020

DENPASAR BALI | MEDIA-DPR.COM, Di Sebuah Senja, Saya Dipertemukan Dengan Sultan Cirebon (in memoriam).

Sugeng tindak Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat, Sultan Sepuh Keraton Kasepuhan XIV Cirebon. Swarga langgeng. Aamiin Yaa ALLAH. Beliau mangkat pada hari Rabu 22 Juli 2020 jam 05.20 di RS Sentosa Bandung. Salah satu tokoh panutan telah berpulang mendahului kita. Lahul Fatihah.


Saya bukan siapa-siapa, benar-benar bukan siapa-siapa. Hal ini perlu digarisbawahi tebal-tebal.

Seijin Allah, saya yang bukan siapa-siapa ini dipermudah dalam berbagai urusan. Aamiin. Salah satunya, dipertemukan dengan Sultan Sepuh Cirebon, PRA Arief Natadiningrat. Begini ceritanya.


Begitu masuk dalam lingkaran perjuangan Ndoro Sri Narendra Kalaseba (SNK), saya menjadi tahu silsilah nasab Guru SNK, yang terhubung langsung dengan Kanjeng Sunan Gunung Jati. Dengan begitu, tokoh panutan yang sangat disegani karena ilmunya, kearifannya dan posisinya, yaitu Sultan Cirebon otomatis termasuk dalam nasab Kanjeng Sunan Gunung Jati.

Sejak saat itu, selalu saya kirim Al-Fatihah kagem beliau. Dan saya tidak mempunyai tujuan apa-apa, selain saya berharap semoga suatu hari nanti bisa bertemu dengan beliau. Itu saja keinginan saya.


Seiring berjalannya waktu, entah mengapa, nomor WA saya beredar ke mana-mana. Tiba-tiba saya masuk grup A, grup B, grup C yang tidak saya kenal admin dan anggotanya. Biasanya saya ijin leaft,leaft, leaft berkali-kali. Tapi tidak pada sebuah grup, saya bertahan di situ beberapa lama meskipun anggotanya tidak ada yang saya kenal. Iseng-iseng, saya menengok anggota grup yang jumlahnya cukup banyak, di atas seratusan. Di situ ada nama PRA Arief Natadiningrat. Darah saya berdesir dan buru-buru saya save nomor ajaib tersebut.

Lalu saya menyapa beliau. Saya menjelaskan, bahwa saya anggota grup A dan senang rasanya bisa kepanggih Kanjeng Sultan meski lewat medsos. Saya menyampaikan harapan, semoga saya bisa bertemu dengan beliau, apabila Allah mengijinkan. Tak lama kemudian, dibalas beliau dengan ucapan terimakasih dan mengaminkan doa saya.

Waktupun berlalu beberapa bulan. Kemudian pada tahun 2018, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari Moertiyah (Gusti Moeng) punya gawe mendatangkan raja-raja Nusantara untuk membahas pembentukan Yayasan Mataram Baru di Solo. Salah satu tamu kehormatan adalah Sultan Cirebon beserta garwa dan rombongan lain.

Begitu mengetahui agenda Gusti Moeng, saya mencoba kirim WA ke Kanjeng Sultan, menanyakan apakah beliau bakal hadir di Solo. Dijawab, iya Mbak, Inshaa Allah saya hadir. Saya sama sekali tidak memberitahu beliau bahwa saya wartawan.

Permasalahan selanjutnya, tempat kegiatannya kan di Solo? Itu bukan wilayah liputan saya. Jadi, saya mulai melupakan akan bertemu Kanjeng Sultan.

Lagi-lagi, Allah mempunyai rencana indah. Teman saya yang di Solo, berhalangan tidak bisa meliput pas kegiatan tersebut. Mbak Nanik saja yang meliput, saya ijin off dulu Mbak, begitu pamit teman saya yang mempunyai wilayah Solo.

Tentu saja pelimpahan tugas itu saya sambut dengan riang gembira. Saya begitu bersemangat menuju kota Solo, pada sebuah senja yang diwarnai hujan lebat, saat itu Sabtu sore kalau tidak salah.

Acara pembukaanpun dimulai dengan kirab raja-raja Nusantara. Semuanya naik kereta andong yang dihias sedemikian rupa. Start-nya dari pintu masuk alun-alun utara atau lebih tepatnya di bawah patung Slamet Riyadi menuju Wisma Boga Solo Baru.

Puluhan kereta kuda pun berjalan. Kamera saya on terus sambil memperhatikan satu persatu wajah-wajah peserta. Setidaknya, saya berbekal ingatan foto Kanjeng Sultan.

Di antara ratusan orang yang berjubel, saya pasrah. Konsentrasi saya mulai pecah. Bisa jadi rombongan Kanjeng Sultan sudah berangkat di kereta kuda yang awal. Tetapi kamera saya tetap on. Tiba-tiba saya menemukan senyum PRA Arief Natadiningrat beserta garwa yang sedang melambai-lambaikan tangannya kepada ratusan orang yang berjubel. Kanjeng Sultan Cirebon, Kanjeng Sultan Cirebon, saya teriak-teriak untuk memastikan bahwa beliau benar-benar Kanjeng Sultan. Ternyata benar. Terimakasih, terimakasih, ucap beliau.

Sampailah rombongan di Wisma Boga. Beliau lenggah paling depan, karena beliau ternyata masuk dalam jajaran kepanitiaan. Saya dekati beliau, saya jelaskan bahwa yang chat WA kemarin adalah saya, wartawan. Saya juga meminta waktu, di akhir acara sudilah kiranya beliau berstatement untuk wartawan. Beliau setuju.

Teman-teman wartawan yang lain saya kasih tahu, bahwa usai acara nanti kita wawancara dengan Kanjeng Sultan. ‘’Kamu hapal gak dengan wajah Kanjeng Sultan Mbak Nanik?’’ tanya wartawan kurang percaya, karena dia tidak tahu kalau saya sudah pedekate dengan Kanjeng Sultan.

Sesi wawancarapun usai. Saat mau meninggalkan tempat, Kanjeng Sultan berpesan pada saya, ’’Besok liput yang di Hotel Heritage ya Mbak? Saya tunggu’’. ‘’Nggih Kanjeng Sultan’’.

**

Minggu siang, saya datang ke Hotel Heritage di sekitar Gladak Solo. Seusai menjadi keynote speaker di sesi tersebut, saya mulai ada waktu berbincang-bincang dengan beliau di kursi belakang.

Banyak hal yang kami bicarakan bersama kawan-kawan media lainnya. Saat teman-teman media lain mulai beraktifitas yang lain, tinggalah saya dan Kanjeng Sultan.

Saya mulai memberitahu beliau bahwa saya adalah santri-nya Ndoro Sri Narendra Kalaseba. Begitu mendengar asmo Ndoro SNK saya sebut, wajah beliau berbinar-binar, senyumnya sumringah. ‘’Dia anak muda yang penuh integritas, berkarakter kuat dan njawani sekali. Indonesia butuh orang-orang seperti SNK’’.

Saya diam, menunggu kalimat-kalimat selanjutnya. ‘’SNK sangat mencintai budaya Jawa dan akan berjuang terus menjaga budaya adiluhung tersebut. Selain itu, darah pengusahanya bagus. Usaha batiknya berhasil, usaha otomotifnya berjalan lancar. SNK pandai memadukan keduanya. Menjaga budaya okey, bisnisnya juga okey, mantap sekali dia,’’ pujinya, seraya menitip salam.

Bukti nyata, Ndoro SNK bersama pasukan Santri Gerbang beberapa kali melakukan Pisowanan Agung ke Keraton Kasepuhan Cirebon. Susuhunan Ingkang Jumeneng Sinuhun Gusti Sultan Sepuh Caruban Nagari itu, sangat terkesan dengan gerakan yang dilakukan Ndoro SNK. Bahkan seringkali, Kanjeng Sultan selalu memuji tulisan-tulisan Ndoro SNK yang sarat makna. ‘’Saya seperti ini karena gemblengan Gusti Sultan. Beliau adalah Saka Guru yang arif, bijak, rendah hati meski mempunyai posisi yang sangat strategis sebagi simbol Nusantara. Beliau selalu mewanti-wanti saya agar tegak lurus berdaulat,’’ jelas Ndoro SNK dengan penuh duka, ditinggalkan sosok yang begitu mulia.

(Nanik Kartika Ranadewi / 
Wartawan Kompas TV)
close