Juliatmono : "Ditutupi dengan Logika atau Skenario Apapun G 30S/PKI Adalah Fakta"

Iklan Semua Halaman

.

Juliatmono : "Ditutupi dengan Logika atau Skenario Apapun G 30S/PKI Adalah Fakta"

Staff Redaksi Media DPR
Kamis, 01 Oktober 2020

 


KARANGANYAR | MEDIA-DPR.COM, Hari Kesaktian Pancasila merupakan sejarah kelam negeri ini.Di tengah menyusutnya kepahaman anak bangsa terhadap sejarah komunis serta peristiwa Gerakan 30 September PKI.


Bupati Karanganyar Juliyatmono menegaskan kembali akan pentingnya sejarah.


Menurutnya entah "Mau ditutupi dengan logika apapun serta ditutup dengan skenario apapun tapi pemberontakan G 30S/PKI adalah fakta", kata Bupati Karanganyar Juliatmono saat dikonfirmasi awak media Jumat (1/10).


Juliatmono menyebut entah sekarang atau kelak siapapun yang hendak menulis tentang sejarah dengan motif serta versinya sendiri tetap saja tidak bisa menghapus atau mengubur fakta tersebut.


“Politik kekiri-kirian seperti itu sudah membuktikan fakta jelas tegas pemberontakan komunis di Indonesia dengan membunuh sejumlah jendral,” tegas Juliyatmono saat menjadi keynote speaker Seminar Penguatan Kompetensi Moderasi Beragama di Sekolah di Rumah Dinas Bupati Karanganyar, Rabu (30/9)


Bupati Karanganyar memarkan peta politik mainstream di Indonesia cenderung diidentikkan dengan aliran kiri. Termasuk paham komunisme dan gerakannya serta politik aliran kanan yang cenderung dekat dekat dengan basis aliran agama.


 “Pemberontakan yang identik kekanan-kanan ini juga fakta yang tidak bisa dipungkiri sama-sama fakta memberontak dengan aliran berbeda. Inilah fakta,” tegas Juliyatmono.


Terkait dengan pemberontakan itu maka Rabu kemarin (30/09) Indonesia masih mengenang peristiwa pahit G/30 S PKI dengan memasang bendera merah putih setengah tiang.


Untuk itu Yuli menegaskan arti penting dari dua sejarah pemberontakan tersebut bagi generasi sekarang dan generasi kelak. Yakni agar jangan terseret arus pada paham kekiri dan kekanan karena sejarah buruk sudah membuktikan.


Paham kekiri-kirian cenderung mengantarkan generasi sekarang cenderung terpapar komunis. Ujung-ujungnya benci agama dan tidak kenal Tuhan.


Sedangkan generasi muda yang cenderung kekanan-kananan akan berhasrat ingin mendirikan negara agama.

"Ini semua penting untuk dipedomani arti fakta sejarah,” tuturnya.


Karena itu, di era milenial ini peran guru atau sekolah sangat vital mengarahkan dan meluruskan jika ada siswa yang kelihatan memiliki pikiran aneh-aneh baik kiri maupun kanan.


Adapun metodenya, menurut Yuli sebaiknya guru memberikan ruang diskusi bahwa negara ini sudah punya pengalaman pahit tragis memilukan soal itu.


“Bangsa ini berdiri melalui kesepakatan dengan dasar Pancasila. Dan itu sudah final tidak perlu menguthak athik lagi Pancasila karena itu bisa membawa kehancuran bangsa,” tandasnya. (Triyana)

close