SEJARAH " LAHIRNYA " TAPANULI TENGAH DAN SIBOLGA [ 1515 ]

Iklan Semua Halaman

.

SEJARAH " LAHIRNYA " TAPANULI TENGAH DAN SIBOLGA [ 1515 ]

Staff Redaksi Media DPR
Rabu, 06 Oktober 2021

 


SIBOLGA | MEDIA-DPR.COM, Mengutip cerita Sejarah yang  dikisahkan oleh orang-orang tua, handaitolan, dan para tokoh marga Hutagalung, Lumban Tobing, Panggabean, Silitonga, Dongoran, Pasaribu, Napitupulu, Sitompul dan Togatorop [ Golongan Pemuka Adat/Budaya, Sejarawan,  dll ] Semasa hidup mereka di Sibolga 35 tahun lalu kepada Penulis mengatakan: "bahwa diawal tahun 1515 ketika terjadi kemarau panjang setelah gempa bumi yang melanda Rura Silindung [ sekarang Tarutung Tapanuli Utara ] itu, terbentuklah sebuah pertemuan disuatu tempat, tempatnya di puncak Gunung Dolok Martimbang Tarutung."


Mereka yang melakukan pertemuan itu tidak lain adalah para leluhur dari Tanah Batak yang memiliki kesaktian.


Mereka bersatu dan berkumpul disana untuk membahas situasi yang melanda masyarakat Rura Silindung, serta mencari solusi untuk menolong serta menyelamatkan warga Rura Silindung itu dari gempa susulan yang mungkin akan terjadi kembali.


Sebagian ada kelaparan bahkan sebagian penduduk desa-desa di Rura Silindung ada yang terkena penyakit kulit dan sebagainya.


Tetapi mereka yang belum terkontaminasi penyakit tersebut, mereka evakuasi ke tempat yang menurut hemat para Leluhur itu adalah suatu tempat yang bisa menjanjikan bagi masa depan anak-cucu dikemudian hari.


Para leluhur yang berkumpul di atas Gunung Dolok Martimbang itu terdiri dari beberapa marga Batak Toba. Mereka semua adalah orang-orang panutan dari daerah asalnya masing-masing.


Mereka di undang oleh salah satu leluhur dari marga Hutagalung Patuan Napitu yang bernama Raja Anggoli Hutagalung.

Mereka adalah :


01. Hutagalung Harean.

02. Hutagalung si Raja Ina.

03. Hutabarat Hapoltahan.

04. Panggabean Lumban Ratus.

05. Lumban Tobing.

06. Sitompul.

07. Tambunan.

08. Nainggolan.

09. Simatupang.

10. Tamba.

11. Sipahutar.

12. Simaremare.

13. Silitonga.

14. Pasaribu Bondar.

15. Napitupulu.

16. Lumban Toruan.

17. Situmeang.

18. Dongoran. 


Dikatakan: "Bahwa ternyata mereka yang di undang oleh Raja Anggoli Hutagalung masih ada hubungan dan ikatan keluarga, mereka merupakan saudara sepupu, kerabat serta sahabat Raja Anggoli Hutagalung.


Ketika melakukan pertemuan di puncak Dolok Martimbang itu, mereka yang berkumpul bersama Raja Anggoli Hutagalung itu seluruhnya hadir dengan jumlah 19 orang sekaligus 19 marga.


"Uniknya mereka datang bersama dengan 'Babiat' [ Harimau ] sebagai hewan tunggangan mereka, sedangkan Raja Anggoli Hutagalung selaku 'sang pengundang' berdiri ditengah-tengah mereka juga bersama 'Babiat si Bonttar' [ Harimau putih ] dan Gajah bottar [ Gajah Putih ] sebagai tunggangan-nya.


Penulis mencatatkan kisah itu, sesuai dengan bahasa dan alur cerita dari Bapak Sultan Leter Hutagalung, mengatakan bahwa: "Raja Anggoli Hutagalung adalah seorang yang amat 'Sakti' dengan memiliki kemampuan Supranatural yang berada dari ke Delapan Belas [ Saudara sepupu, kerabat dan sahabatnya ] orang/marga itu."


Raja Anggoli Hutagalung memiliki sembilah pedang sakti yang terbuat dari Tulang belulang makhluk mistis yang di sebut Raut Seua atau Podang Mangiring Ronggur. [ menurut sejarah; Raut Seua, sudah dimiliki oleh Raja Anggoli Hutagalung ketika masih dalam kandungan ibu-nya, bahwa ketika beliau lahir tangan kanannya menggenggam Raut Seua yang terbalut dengan daging ari-nya.


Berdasarkan Silsilah, Raja Anggoli Hutagalung, adalah turunan ke lima dari Si Raja Hutagalung - Patuan Napitu - Ujung  oloan, berperawakan tinggi, berkulit putih dan berpostur tubuh kekar, membedakan dirinya dari pada saudara-saudara sepupu, kerabat dan sahabatnya yang delapan belas orang itu 


Dan menurut kisahnya, sahabat yang paling istimewa bagi Raja Anggoli Hutagalung adalah seorang turunan kelima dari Raja Angkola bermarga Dongoran, yang turut hadir diantara kedelapan belas orang-orang sakti tersebut. (Pance)

close