Philip Analogikan Media Di Sikka Sama Dengan Anjing Peliharaan

Iklan Semua Halaman

.

Philip Analogikan Media Di Sikka Sama Dengan Anjing Peliharaan

Staff Redaksi Media DPR
Rabu, 01 Februari 2023

 

Foto : Anggota DPRD Sikka yang juga Ketua Partai PAN Philips Fransiskus

NTT | MEDIA–DPR.COM, Ketua Partai Amanat Nasional ( PAN) Fransiskus Philis yang juga merupakan anggota DPRD Sikka, mencerca media di Sikka lantaran tidak menulis berita saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan BKD kabupaten Sikka terkait sejumlah Nakes yang mengikuti seleksi PPPK, Jumat (27/1/2023) belum lama ini di DPRD Sikka.

Umpatan Philips itu ketika sejumlah media datang untuk mewawancarai Ketua DPRD Sikka, Donatus David terkait penyerahan hasil Pansus Perumda Wairpuan ke Kejaksaan Negeri Sikka oleh DPRD Sikka.


Saat awak media memasuki ruangan kerja Ketua DPRD Sikka, terlihat Philips duduk tepat berada di pintu masuk ruangan kerja Ketua DPRD Sikka, didamping Ketua Pansus BTT, Simon Subandi dari Partai PKB, Wenseslaus Wege dari Partai Hanura dan Ketua DPRD Sikka, Donatus David S.H.


Sementara sejumlah awak media yang hadir ketika itu diantaranya, wartawan Lantera Pos Vianei Tinton dan Irma Rose, wartawan Timex Karel Pandu, wartawan Floresku Elisabet Mardat.


Ditengah penjelasan David selaku Ketua DPRD Sikka menjelaskan penyerahan dokumen Pansus Wairpuan ke Kejari Sikka, Philis langsung menyambung pembicaraan soal RDP Nakes dengan BKD Sikka yang dinilai adanya kecurangan dalam proses seleksi PPPK Nakes di Kabupaten Sikka.


Philips yang bagai disambar petir di siang bolong langsung mencerca media yang hadir saat RDP dan tidak menuliskan berita.


Philips menyebut wartawan sama dengan anjing yang selalu menggonggong, dan karena tidak menggonggong, maka wartawan sama dengan anjing peliharaan. Namun demikian Philis yang sok arogan itu tidak menyebutkan anjing peliharaan siapa. Bahkan sikap sombongnya, menyebutkan wartawan sama seperti sampah bahkan lebih rendah dari sampah.


“Kenapa tidak menulis berita saat RDP dengan BKD dan para Nakes, padahal wartawan yang hadir banyak. Wartawan itu sama dengan anjing, yang harusnya menggonggong. Dengan tidak menulis berita, sama itu dengan anjing peliharaan, yang dibayar,”kata Philips.

Philips dalam cercaannya itu juga tidak menyebutkan siapa yang membayar wartawan sehingga tidak menuliskan berita. Wartawan juga di nilai seperti tai sapi, bahkan lebih buruk dari tai sapi.


“Media di Sikka terlalu rendah sama dengan sampah, bahkan lebih rendah dari sampah, sama seperti tai sapi bahkan lebih buruk dari tai sapi, media dibayar berapa,”kata Philips.


Mendengar umpatan buruk yang disampaikan anggota DPRD Sikka itu wartawan Timex sontak angkat bicara, terkait harkat dan martabat media yang diinjak-injak oleh seorang anggota DPRD Sikka, yang sok hebat ini.


Wartawan Timex menyampaikan bahwa media di Sikka juga bagian dari pembangunan di kabupaten Sikka. Karena itu penyampaian Philips terlalu kerdil.


Disamping itu seorang Philips tidak mempunyai kapasitas apapun terhadap wartawan di Sikka, karena kerja media tidak dibiayai oleh pemerintah atau negara atau oleh siapapun. Wartawan hanya taat terhadap pimpinan yang menugaskannya untuk bekerja.


Selain itu Philips selaku anggota DPRD Sikka tidak mempunyai kapasistas apapun mengatur wartawan untuk menulis atau tidak.


Philips harusnya tahu kapasistas dirinya terhadap wartawan di Sikka.


Pernyataan Philips yang mengaku dirinya selalu juara satu selama sekolah,rasa-rasanya pernyataannya itu tidak penting, dan tidak ada relevansinya bagi wartawan yang datang untuk mengkonfirmasi terkait penyerahan dokumen ke Kejari Sikka.


Mengaku diri juara satu merupakan bentuk kesombongan dirinya di depan para wartawan. Lantaran dibantah wartawan Timex, Philipspun mengancam.


“Kau belum tahu siapa saya?”ancam Philips.


Philips juga menyinggung soal group diskusi Peduli Nian Tana (PNT), yang dinilainya sebagai group murahan dan terlalu rendah dimatanya.


Group PNT yang selalu berdiskusi soal pemerintah dan DPRD Sikka itu dinilai terlalu memojokan DPRD.


Pernyataanya itu sungguh amburadul, karena ditengah pembahasan soal RDP dengan BKD, malah campur adukkan dengan group (PNT) 


Reporter : Dance henukh

close