Langgur | MEDIA-DPR.COM, Kehidupan di balik jeruji besi sering kali diasosiasikan dengan tekanan psikologis dan stres tinggi. Namun, paradigma tersebut kini mulai berubah berkat inisiatif humanis dari para peserta magang di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Tual, Kantor Wilayah Ditjenpas Maluku, Kamis (11/12/2025). Melalui program inovatif bertajuk "Sehat Mental", mereka berhasil menyalurkan energi negatif dan stres warga binaan menjadi aktivitas positif dan produktif.
Program "Sehat Mental" ini merupakan bagian dari kolaborasi pembinaan kepribadian yang melibatkan peserta magang dari berbagai latar belakang, seperti psikologi dan kesehatan masyarakat. Para mahasiswa ini tidak hanya menjalankan tugas administratif, tetapi juga berperan sebagai pembimbing mental dan perilaku di bawah pengawasan petugas Lapas Kelas IIB Tual.
Inisiatif utama program ini adalah memperkenalkan metode manajemen stres yang aplikatif dan mudah diikuti. Para peserta magang merancang serangkaian kegiatan, mulai dari sesi konseling individu, psikoedukasi, hingga aktivitas kelompok seperti olahraga ringan dan pengembangan hobi.
"Banyak warga binaan mengalami stres karena isolasi sosial, ketidakpastian masa depan, dan lingkungan yang tidak familiar," ungkap salah satu peserta magang dari Kemenaker, Ramadhan Syah Bugis. "Melalui pendekatan humanis dan 'mendidik dengan hati', kami mencoba membangun kerekatan emosional, sehingga mereka merasa didukung dan dipahami".
Hasilnya pun terlihat signifikan. Warga binaan yang awalnya menunjukkan gejala murung, cemas, dan sulit tidur, kini menjadi lebih termotivasi dan kooperatif. Energi stres yang sebelumnya terpendam berhasil disalurkan ke dalam kegiatan positif, seperti berkebun, atau bahkan latihan kesenian, yang semuanya bertujuan untuk kemandirian pasca-pemasyarakatan.
Kepala Lapas Kelas IIB Tual, Nurchalis Nur menyambut baik dan memberikan apresiasi tinggi atas kreativitas serta kepedulian para peserta magang. "Kegiatan seperti ini sangat penting untuk menjaga kesehatan mental warga binaan sekaligus memperkuat interaksi sosial yang harmonis di dalam Lapas," ujarnya.
Kepala Kantor Wilayah Ditjenpas Maluku, Ricky Dwi Biantoro, berharap program ini menjadi bukti nyata bahwa pembinaan pemasyarakatan yang humanis tidak hanya berfokus pada aspek fisik, tetapi juga kesehatan mental secara komprehensif, membuka jalan bagi proses reintegrasi sosial yang lebih optimal bagi warga binaan. Kolaborasi ini diharapkan dapat terus berlanjut, menciptakan lingkungan pemasyarakatan yang lebih suportif dan kondusif.

Komentar

