TAPTENG | MEDIA-DPR.COM. Altruisme atau sikap kepedulian tinggi terhadap orang lain. Jikalau Marlina Wiguna Lumban Tobing Tidak Menembus Hutan Tidak Memandu Helikopter. Maka hari Ini kita mendengar berita ribuan orang mati kelaparan di Kecamatan Sitahis Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) Provinsi Sumatra Utara (Sumut)
Kalau tidak ada Ibu ini, mungkin ribuan masyarakat disalah satu daerah di Sumut sudah mati kelaparan dibalik gunung ada sebuah Desa yang benar-benar terputus dari dunia. Tidak ada makanan, tidak ada air, jalan putus, jembatan hilang, listrik mati, sinyal lenyap dan pastinya tidak ada cara keluar.
Orang-orang hanya bisa menunggu dan berharap ditengah keputusasaan itu, muncul satu sosok seorang Ibu namanya Marlina Wiguna Lumban Tobing seorang bayangkari istri Polisi Polres Tapteng Polda Sumut yang tinggal di Desa itu
Ketika semua orang bertahan, Marlina justru memilih keluar berjalan kaki menebus Hutan berjam-jam hanya satu tujuan mencari bantuan.Hutan itu bukan Hutan biasa pasca banjir tanah licin, ranting patah berserakan, pohon tumbang menutup jalur. Setiaplangkah adalah taruhan nyawa.
Dibelakang Marlina ada ratusan bahkan ribuan, bahkan anak-anak yang sudah berhari-hari makannya hanya sedikit sekali. Lansia yang sudah mulai lemas, Ibu hamil, semua menunggu kabar, apakah bantuan akan datang atau jadi daftar berikutnya dari bencana ini.
Marlina terus berjalan berjam-jam tidak ada sinyal, tidak ada penerangan. Suara gemuruh Sungai masih terdengar jauh di belakang dan Marlina tahu jikalau gagal, Desa itu The End. Setelah perjalanan panjang akhirnya Marlina tiba di Kota Pandan Tapteng.
Setibanya di Kota Pandan Marlina langsung mencari Aparat TNI, Polri, Pemda, Siapapun yang bisa menolong dan dari sinilah semuanya berubah. Ketika Helikopter bantuan siap terbang.
Pilot bingung menentukan landasan pendaratan karena tidak ada petunjuk visual dan situasi. Marlina hadir: "Saya tahu jalannya. Saya tahu Desanya. Saya bisa pandu dari udara." ujarnya.
Helikopter terbang rendah di bawah hanya terlihat hamparan hijau peka. Hutan Gunung dan bekas longsor besar. Pilot mengatakan: "Bu... kita sudah tidak lihat apa-apa."
Kendatipun demikian Marlina spontan berkata menunjuk ke bawa. Turunkan di situ, itu Lapangan kecil Desa kami dibalik bukti itu. katanya semua orang di Helikopter menghela napas dan menahan napas.(Ini semua terlihat dari Vidio yang di aplod.dan dikirimkan ke Facebook) pasca Banjir bandang dan longsor besar di Kota Sibolga dan Tapteng.
Ketika Helikopter menyentuh tanah, warga Desa menangis histeris dan Marlina menangis histeris. Bantuan pertama akhirnya tiba di Desa Bonandolok Kecamatan Sitahuis. (Demak MP Panjaitan/Pance).

Komentar

