Diharapkan Produktifitas Pasien ODHA Meningkat Dengan Obat TLD

Iklan Semua Halaman

.

Diharapkan Produktifitas Pasien ODHA Meningkat Dengan Obat TLD

Staff Redaksi Media DPR
Rabu, 24 Maret 2021


JAKARTA | MEDIA-DPR.COM, Bahaya penyakit HIV-AIDS tidak kalah pentingnya dengan virus Covid-19 karena dampaknya juga luar biasa.Untuk itu masyarakat harus waspada dan menghindari penyakit HIV-AIDS yang  mematikan itu. 


Tak Pelak  Indra Setiawan selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur menyampaikan/menghimbau kepada seluruh masyarakat DKI Jakarta khususnya warga Jakarta Timur agar senantiasa menghindari dan menjauhkan prilaku perbuatan negatif yang melanggar norma-norma agama.Seperti prilaku seks bebas, seks sesama Jenis, seks bergonta ganti pasangan maupun pengguna narkoba jarum suntik, karena prilaku buruk tersebut dampaknya sangat berbahaya akan menimbulkan penularannya penyakit HIV-AIDS yang bisa mengakibatkan kehilangan nyawa.


"Apabila ditengah-tengah masyarakat ada keluarga yang ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) saya meminta tolong mereka jangan dijauhi apalagi sampe dikucilkan, karena pasien ODHA kalau kita pegang juga tidak bakalan menular,” ujar Dr. Indra Setiawan kepada MEDIA-DPR.COM belum lama ini di Jakarta. 


Dikatakan Indra dirinya berharap kepada masyarakat DKI Jakarta khususnya warga di Jakarta Timur apabila ada ODHA segera kordinasikan dengan Puskesmas biar masyarakat mengetahui bagaimana tata laksana kepada pasien ODHA, karena pasien ODHA kalau dikucilkan ataupun didiamkan  akan jatuh ke dalam Sindroma AIDS itu kasihan hidupnya,  tapi kalau pasien ODHA terus teratur minum Obat ARV, apalagi sekarang ini ada obat TLD,  Insya Allah produktivitas pasien ODHA tersebut tentunya akan tetap berproduksi lagi dengan baik.



“Saya meminta kepada media massa agar memberitakan stigma yang positif dari pasien ODHA, untuk dipublikasikan kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak usah khawatir lagi, terhadap pasien ODHA, malahan  justru masyarakat harus membantu mengkordinasikan langsung dengan Puskesmas setempat, Karena apabila mereka itu dikucilkan apalagi dijauhkan, sama juga kita telah menzolimi sesama saudara kita umat manusia mahluk ciptaan Allah SWT,"terangnya. 


Indra Setiawan menyebut yang pasti cakupannya HIV -AIDS ini layaknya mungkin sering rekan-rekan media masa mendengarnya bahwa pasien ODHA adalah bagaikan Gunung ES yang tampak diluarannya itu sedikit, nah justru yang harus kita gali itu dibawah lautannya,  karena Gunung ES dibawahnya sangat besar. 


"Inilah yang harus kita gali, yang tentunya sering kita temui, jangan sampai mereka jatuh ke dalam Sindroma AIDS nya,"imbuhnya.


Seperti diketahui Sindroma AIDS itu adalah sebuah gejalanya, sedangkan ODHA itu belum bergejala masih bisa produktif,  jadi kami mohon sekali lagi kepada rekan -rekan media massa mulailah untuk membantu memberikan informasi positif  terhadap pasien ODHA, dengan Informasi untuk layanan  konseling dan tes HIV di Jakarta Timur ada 52 layanan dan 39  layanan konseling dan tes HIV sampai memberikan pengobatan ARV adalah layanan PDP HIV (Perawatan Dukungan dan Pengobatan ARV) pada ODHA. Dan tidak memutup kemungkinan  akan kami buka tambahan lagi layanan Kesehatan untuk cakupan menjaring pasien ODHA sebanyak-banyaknya.


"Karena pasien ODHA itu seperti yang tadi saya sampaikan seperti Gunung ES nampak kecil tapi sangat besar sebenarnya,”ungkapnya.


Indra menambahkan memang  prilaku negatif seperti  seks bebas, sesama Jenis, seks gonta ganti pasangan maupun  pengguna narkoba jarum suntik tersebut  tentunya bukan hanya di Indonesia akan tetapi lebih banyak  di seluruh dunia.


"Tentunya harus kita perangi bersama -sama semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat sehingga jangan sampai generasi penerus kita banyak ODHA nya,"urainya.


Disingggung soal bagaimana pencegahan dini dilakukan, Kasudin Kesehatan Jaktim, Indra Setiawan menjelaskan bahwa kami  Sudin Kesehatan Jakarta Timur  senantiasa melaksanakan pencegahan dini, tentunya adalah dengan melaksanakan berbagai anjuran dan himbauan dengan sosialisasi- sosialisasi bekerjasama dengan semua pihak untuk kita perangi terhadap prilaku penyakit masyarakat yang menyimpang dari norma-norma agama tersebut.


“Saya tegaskan di masa pandemi covid 19 ini jangan sampai ada  masyarakat di Jakarta Timur ini, melakukan prilaku negatif yang bisa menyebabkan ODHA,” tegasnya.


Sementara itu Rika Evrinarti SKM. M.Kes Penanggung Jawab Program HIV AIDS Sudin Jaktim menjawab, bahwa terkait soal Jumlah kematiaan pasien ODHA tersebut, karena layanan kesehatan kita memang intensif  memberikan Obat ARV ataupun sekarang adanya obat TLD  pada Pasien ODHA penderita HIV.-AIDS nya. Sebab jika memang sudah mimum obatnya secara teratur, Insya Allah tidak ada  kematiaan yang disebabkan oleh  HIV.


"Kematian itu disebabkan jika mereka sudah ada HIV kemudian adanya penyakit penyerta lainya seperi EO, TBC,  dan macem- macam penyakit penyerta yang berbahaya lainnya itu masuk ke pase AIDS, seperti yang tadi benar dikatakan oleh bapak Dr. Indra Setiawan  Kasudin Kesehatan Jaktim, 


"Kalau sudah masuk ke pase AIDS minum obatnya tidak teratur itulah yang menimbulkan penyebab kematian,” ujarnya.


Rika menyatakan adapun jumlah kematian pada tahun 2020 yang lalu, yang penyebab kematiannya  akibat AIDS di Jakarta Timur itu cuma ada 6 Orang, sehingga telah terjadi penurunan yang sangat drastis, karena mereka pasien ODHA selama  tahun 2021 ini, memang sangat patuh dan disiplin teratur melakukan pengobatan dengan minum obat ARV ataupun saat ini ada obat TLD.


Oleh sebab itu, kalau ada keluarga pasien ODHA dilingkungan masyarakat yang masih HIV segeralah untuk berobat secara teratur agar tidak jatuh ke dalam pase AIDS karena yang menyebebkan kematian itu adalah AIDS bukan HIVnya.


“Alhamdulillah saya bersyukur  untuk tahun 2021 ini tidak ada kematian pasien ODHA,” imbuhnya.


Rika Evrinarti menambahkan perlu diketahui bahwa dalam data terkait ODHA yang baru  mendapatkan obat TLD dari bulan Juli 2020 sampai Februari 2021 ini, untuk DKI Jakarta ada 1200 orang sedangkan untuk pasien ODHA yang baru mendapatkan obat TLD di Jakarta Timur  ada sekitar 160 orang,” terangnya.

 

Ditempat berbeda salah satu pasien ODHA yang tidak mau disebutkan namanya menuturkan kepada media  terkait pelayanan obat  kesehatan terhadap pasien ODHA, menurutnya diri selalu  menjaga kesehatannya rutin minum obat  yang mulanya minum obat ARV namun atas anjuran dokternya saat ini, ia baru beberapa bulan ini dianjurkan minum obat TLD.


“Saya akui memang sebagai pasien ODHA harus rajin mengecek  kesehatan guna untuk memutus mata rantai penyebaran ODHA  dan ketika kita dalam masa terapi obat, tentunya harus menjaga agar jangan sampai kita putus minum obat, karena kalau kita telat minum obat, itu sangat berbahaya pada pasien ODHA,” tuturnya.


Ia juga tidak lupa selalu mengenali dosis obat yang akan diminumnya karena setiap orang mengkonsumsi obat itu mempunyai efek samping yang berbeda-beda. Namun yang paling terpenting adalah kenali dosisnya ada yang bentuknya singel dus walaupun isi dalamnya tiga rezimen, ada lagi yang bentuknya sama, akan tetapi isinya lepasan.


"Nah ini kita harus mengetahui dosisnya berapa dan rezimennya apa ? Jangan sampai kita salah minum obat, karena akibatnya sangat patal kalau salah minum obat,” urainya.


Terkait pelayanan kesehatan menurutnya sangat terkesan mengucapkkan terima kasih kepada para petugas medis layanan kesehatan, baik itu di Puskesmas, Klinik Kesehatan maupun di RSUD,  karena selama di masa pandemi Cavid 19 ini, mereka para petugas medis layanan kesehatan itu masih menjadi garda terdepan kami para pasien ODHA, karena  tidak henti-hentinya  berusaha memberikan pelayanan yang terbaik dengan memberikan hak -hak kami obat yang berkualitas. 


"Saya berikan apresiasi kepada para petugas medis layanan kesehatan yang telah gigih mempertaruhkan nyawanya ditengah pandemi covid 19 ini, masih melayani hak-hak kami pasien ODHA,” ucapnya.


Tak hanya itu kami berharap kepada para petugas pelayanan kesehatan  harus lebih ditingkatkan lagi sikap keramah tamahannya kepada kami-kami ini, semua populasi Kunci atau pasien ODHA,


“Walaupun memang kami akui tidak semuanya petugas kesehatan bersikap seperti kurang ramah,” tandasnya.(s handoko)

close