Persaingan Media Massa Pada Era Digital Kini Kian Sengit

Iklan Semua Halaman

.

Persaingan Media Massa Pada Era Digital Kini Kian Sengit

Staff Redaksi Media DPR
Kamis, 20 Mei 2021

 



Oleh : Aji Setiawan,ST

                             

OPINI | MEDIA-DPR.COM, Koran, Majalah , Tabloid Media cetak, elektronik, dan online saat era digitsl sekarang ini saling menampilkan informasi teraktual dan mendalam untuk menarik perhatian publik.                                 


Oleh sebab itu, muncul anggapan persaingan itu akan mematikan media cetak karena gencarnya pemberitaan media online dan elektronik. Salah satu kasus terkini adalah diutupnya koran Tempo Interakif (Koran Tempo Edisi Cetak) pada Februari 2021.


Namun, anggapan ini pernah dibantah Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Arif Budi Susilo. Menurut Arif, media cetak, yakni koran/surat kabar akan terus hidup. Bahkan, antara media cetak dan online justru akan saling bersinergi untuk menyampaikan informasi yang beragam dan kaya.


Media cetak dan online akan saling bersinergi dan tak akan mematikan karena keduanya memiliki konsep pemberitaan yang berbeda.


Media online menyampaikan berita secara cepat dan singkat. Sedangkan, koran atau surat kabar menyampaikan berita yang lebih kontekstual untuk pembacanya. Contohnya ketika terjadi sebuah peristiwa, media cetak akan mencoba menyampaikan secara perinci, mulai dari awal kejadian, penyebab, hingga langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi peristiwa itu.


Dengan demikian ketika mendapatkan informasi sebuah peristiwa melalui media online, untuk info yang lebih mendalam, orang tetap membaca koran. Media cetak semestinya selalu optimistis, koran atau media cetak tetap sangat dibutuhkan pembaca dan tak akan pernah hilang oleh zaman. Apalagi, bila media cetak itu mempunyai segmentasi khusus.  Karenanya media cetak sebaiknya menyasar kalangan pembisnis atau sektor roda ekonomi  masyarakat. Dengan segmentasi seperti itu, media cetak tersebut akan terus dinantikan masyarakat karena mereka akan mendapatkan wawasan yang lebih luas dan mendalam tentang sebuah peristiwa kehidupan, memetakan problema masalah dan menemukan solusi serta jawaban.


Untuk menghadapi ketatnya persaingan media, media cetak dan online harus saling bersinergi. Pada era milenial , paling tidak media saat ini, , perusahaan penerbit surat kabar tak bisa hanya mengandalkan satu media. Misal, hanya koran atau sebatas pada media online. Kaarena ketatnya persaongan baik harus tampil  di media cetak dan media online, harus kedua-duanya. Boleh juga menggabungkannya dengan elektronik. 

Berita online akan menyampaikan informasi yang bersifat breaking news dan untuk finishing akan disampaikan melalui media cetak.


Tantangan lain media cetak dan  online adalah lonjakan jumlah unit bisnis media, terutama media online dan TV lokal. Soal media cetak mestinya tetap optimistis flatform media konvensional tersebut memiliki masa depan yang baik. Sampai sekarang, peran media cetak belum tergantikan. Kedalaman dan ketajaman muatan pemberitaan media cetak tidak bisa tergantikan oleh media online.

Pasca tumbangnya pemerintahan Orde Baru, tantangan pers saat ini bukan lagi menghadapi rezim pemerintah, melainkan kepentingan dari pebisnis dan politikus. Kesuksesan pers kerap diboncengi oleh para politikus dan pengusaha. Pers terancam kehilangan independensinya dan dipaksa menjadi partisan. Tapi media cetak jangan antipati politic, karena politik adalah salah satu entitas sekaligus anggota komunitas dari media.

Persoalannya paling aktual media saat ini masih rendahnya tingkat kesejahteraan pekerja media (wartawan) yang berbanding terbalik dengan euforia bisnis media di Tanah Air. Industri media semakin ramai, kantor-kantor berita berdiri megah, tapi sayang, kehidupan para wartawannya menyedihkan.


Tentu sangat tidak manusiawi dan tidak habis pikir ketika mendapati ada wartawan yang digaji kurang dari Rp 500 ribu per bulan, terutama mereka yang berada di daerah. Karena itu, muncul wartawan-wartawan 'amplop' yang suka memeras dan bekerja hanya demi uang.


Transisi pemerintahan menuju pada tahun 2024, mendekati masa transisi pemerintahan di Indonesia, peran pers sangat dibutuhkan. Terutama, untuk menciptakan kebebasan masyarakat yang teratur. Dengan pers berkualitas, masyarakat mendapatkan mutu pemberitaan yang terjamin. Karena itu, pers harus terus didukung untuk meningkatkan profesionalisme.


Dengan semakin berkualitasnya pers, upaya membangun demokrasi yang berkeadilan sosial dalam suasana yang aman, tertib, dan damai bisa lebih mudah terlaksana. Pers adalah salah satu pilar penting dalam tegaknya demokrasi di negara kita. Apa yang diperjuangkan oleh pers sama dengan prinsip negara, yakni demokrasi, rule of law, dan social welfare.


Kemerdekaan berekspresi yang juga berarti kebebasan pers, lanjutnya, merupakan komitmen pertama yang ada di dalam UUD 1945, bahkan menjadi kalimat pertama dalam Pembukaan. Bertolak dari UUD tersebut, pers mempunyai peran kebangsaan yang tidaklah kecil.


Untuk mencerdaskan bangsa, seperti yang diamanatkan oleh konstitusi, Pers perlu didukung penuh perjuangan pers untuk menciptakan pers yang bebas, profesional, dan sejahtera. Bukan zamannya lagi pers diintervensi oleh kepentingan penguasa atau pemilik modal. Pers berjuang untuk kecerdasan dan kemandirian masyarakat.


Pers mampu melahirkan pemimpin bangsa yang hebat. Pers memiliki peran strategis melalui karya-karyanya dalam mendorong lahirnya pemimpin yang sering berjibaku dengan problem-problem masyarakat serta memberikan solusi.


Fungsi pers sebagai sarana informasi, sosial kontrol, hiburan, dan edukasi sangat mutlak. insan pers konsisten menjalankan fungsinya dengan objektif, hal itu menjadi jaminan untuk melahirkan pemimpin bangsa yang bervisi masa depan.


Pers sehat adalah pers yang dalam menjalankan profesinya menjunjung tinggi idealisme. Juga, pers sehat ditandai dengan industrinya yang sehat dan motivasi yang sehat pula.


Setiap elemen bangsa berharap kelahiran perusahaan media massa membawa semangat mengungkap kebenaran. Tak lupa pula soal kesejahteraan insan pers.(***) Aji Setiawan,ST mantan wartawan Jogja Pos dan majalah alKisah.

close