Martua Situmorang: "Embrio Lahirnya Parade Guru."

Iklan Semua Halaman

.

Martua Situmorang: "Embrio Lahirnya Parade Guru."

Staff Redaksi Media DPR Jambi
Jumat, 26 November 2021

 

TAPANULI UTARA | MEDIA-DPR.COM. 24 tahun lalu,tepatnya tahun 1997, saya menginjakkan kaki di Sekolah Dasar Negeri [ SDN ] Sandaran Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara.


Senin tanggal 15 Nopember 2021 saya kembali menginjakkan kaki di sini dengan kondisi yang berbeda dan dan sudah baik.


Jalan ke lokasi   ini dulu sangat sulit, tanjakan dan turunan yang licin dan hanya bisa dilalui kendaraan roda dua..


Tapi sekarang sudah aspal dan sudah bisa masuk kendaraan roda empat.


Hal itu dikatakan Martu Situmorang pada Jum'at 26 Nopember 2021 pagi kepada MEDIA-DPR.COM lewat WhatsAppNya.


Saya bersyukur, karena saya bisa mengajak Korwil Pendidikan Sipoholon   Mico Manalu SPd MM dan pengawas pendidikan Rosita Pasaribu ke SD yang sangat bersejarah bagi pendidikan Kabupaten Tapanuli Utara dan merupakan embrio lahirnya Yayasan Parade Guru Tapanuli Ujarnya. Ungkapnya Martua


Lebih jauh Martua menuturkan: "Kondisi sekolah sudah berubah, selain bersih Kepala Sekolah dan semua guru hadir." Ucapnya


Kepala SD Moni Siringoringo, SPd menjelaskan: "Semua guru-gurunya bertugas dengan penuh tanggung jawab."Katanya menirukan apa yang dikatakan oleh Kepala Sekolah


Sementara, salah seorang Guru Honorer dan sudah lulus  P3K Benni Manik mengakui,saat itu banyak temannya yang tidak bisa baca tulis dan hitung [ calistung ] Katanya mengulangi perkataan Benni Manik.


Maratua: "Ketika itu, saya hadir di SD ini pada hari Sabtu (Hari Pekan).Sekolah tutup dan hanya ada dua orang siswa kelas empat dan adiknya kelas dua, saya ingat namanya tapi tidak etis lagi saya sebut di tulisan nostalgia ini. Tidak tahu membaca,tulis dan hitung.Gurunya belanja ke Tarutung. Jelasnya


"Eh, saya masuk perkampungan dan bertemu dengan para orangtua, ternyata banyak yang sudah lulus SD tidak tahu calistung.Darurat,itulah dibenakku." 


Saya tulis hasil liputan di Harian Mimbar Umum lima  kali bersambung membuat Bupati Kabupaten Tapanuli Utara Alm. Drs TMH Sinaga murka dan sangat marah,karena beliau baru mendapat piagam penghargaan Wajib Belajar sembilan tahun dari Presiden Soeharto di Pontianak, Kalbar.


Kadis  Pendidikan Kabupaten Tapanuli Utara Drs Abad Sinaga Kakandep Dikbud Taput  Drs Dj Siallagan dan penilik SD Kecamatan Sipoholon Simatupang dipanggil ke rumah Dinas Bupati.


"Wajahnya memerah dan memerintahkan Penilik saat itu juga mencek, apakah berita itu benar atau tidak." Jika berita ini tidak benar, anda akan saya penjarakan", katanya nyaring,mengancam saya." Jelas Martua


Saya saat itu seperti terdakwa,sebelum datang penilik dari lapangan.Saya terus diam, dan mereka yang ngomong dengan Kadis dan  Kakandep.


"Setelah beberapa jam, penilik datang dan membebarkan apa yang saya tulis 5 kali bersambung di Harian Mimbar Umum."


Amarah bupati mulai turun dan saya katakan, hal ini tidak bisa ditutupi, sebab itu bukan kesalahan bupati,kadis,kandep dan guru.


"Tetapi hal ini terjadi karena ketiadaan tenaga di SDN Sandaran, saat itu hanya ada Kepala Sekolah marga Sigalingging dan satu guru Boru Sihombing untuk mengelola enam kelas, profesor saja mengajar dengan kondisi ini akan gagal."


Pendek cerita, kami sepakat menanggulangi dengan mendirikan Yayasan Parade Guru tanggal 20 Mei 1998 untuk mencari dana dan mengangkat guru guru honorer di SD yang kekurangan tenaga guru. Ucapnya


Kabupaten Tapanuli Utara sebelum dimekarkan kekurangan guru SD sebanyak 2758 orang dan  24 SDN hanya diajar oleh kepala sekolah. Jelasnya


Semua guru honorer yang diangkat Yayasan Parade Guru harus mendapat pelatihan selama 10 hari di Tarutung, baru bisa masuk kelas. Imbuhnya


Sebab, banyak diantara mereka yang tidak berlatarbelakang keguruan tetapi ada tamatan SMA,STM, SMEA ,Sarjana Hukum dll,jarang yang lulusan SPG dan dari IKIP.

Puas rasanya bisa berkunjung ke sekolah ini. Pungkasnya [ Demak MP Panjaitan/Pance ]

close