JAKARTA | MEDIA-DPR.COM, Menjadi aktivis politik di era kepemimpinan Jokowi memang tidak mudah, mereka akan dituntut oleh keadaan untuk hanya berpihak di salah satu kelompok saja: kelompok pendukung Pemerintahan Jokowi atau kelompok yang kontra dengan Pemerintahan Jokowi. Jika anda mendukung Pemerintahan Jokowi akan dicap sebagai Cebong atau Jokower, sedangkan jika anda mendukung kelompok yang kontra dengan Pemerintahan Jokowi, anda akan dicap sebagai Kampret atau Kadrun. Berada di posisi netral anda akan "ditabrak" oleh kedua arus besar itu, hasilnya anda akan dikucilkan dalam dunia aktivis pergerakan. Tragis memang...
Padahal sesungguhnya menjadi aktivis politik merupakan panggilan juang dari sebuah nurani kemanusiaan untuk menyikapi keadaan. Mau menentukan pilihan politik pada siapa saja, kelompok mana saja tidak menjadi masalah, yang terpenting harus diperhatikan adalah memiliki prinsip juang yang tak boleh mudah berubah, tak boleh menghalalkan segala cara. Komitmen dan konsistensi harus tetap dimiliki oleh pribadi aktivis politik, tak boleh pragmatis namun boleh realistis. Tak boleh oportunis namun harus tetap idealis. Tak boleh mudah terbawa arus tapi harus kritis meski tetap diberi ruang untuk kooperatif.
Noel panggilan akrab dari Immanuel Ebenezer yang menjadi Ketua Umum Jokowi Mania (Joman), pernah mencoba keluar dari pakem aktivis politik seperti yang saya jelaskan di atas. Ia pernah menjadi saksi meringankan (A de Charge) dari tersangka (sekarang narapidana-Pen.) teroris Munarman di pengadilan, apa yang kemudian terjadi pada Noel? Ia dihujat oleh banyak pendukung Pemerintahan Jokowi, karena Noel dianggap telah membela teroris Munarman. Padahal jika kita pelajari lebih dalam, maksud Noel membela Munarman itu hanyalah sebuah strategi dari politik Noel yang selama ini menjadi salah satu pendukung berat Pemerintahan Jokowi, agar Noel bisa lebih dalam masuk ke sarang FPI dan mencoba menetralisir FPI dari pengaruh infiltran pendukung Khilafah Islamiyah.
Meski demikian Noel tetap dihujat hingga akhirnya ia dipecat dari jabatannya sebagai komisaris salah satu anak BUMN. Noel diinjak dan disisi lain Erick Tohir yang memecatnya, diangkat tinggi-tinggi sebagai pejabat pemerintah yang dianggap tegas dan konsisten melawan terorisme dan radikalisme. Padahal jika kita mau telusuri rekam jejaknya, sejak kapan Menteri BUMN Erick Tohir berjasa melawan terorisme dan radikalisme? Apakah hanya dengan memecat Noel dari jabatannya sebagai Komisaris, Erick bisa dianggap sebagai pejabat yang tegas terhadap terorisme dan radikalisme? Noel sampai kini tetap membela Pemerintahan Jokowi, Pancasila dan NKRI, karenanya Noel sekarang mengetuai Ganjar Pranowo Mania (GP Mania). Noel tidak memiliki riwayat sebagai teroris dan radikalis.
Harus saya akui, ketika Noel menjadi saksi meringankan (A de Charge) bagi tersangka teroris Munarman, sayapun marah dan melawan Noel serta turut mendesak agar Pemerintah memecat Noel dari jabatannya sebagai komisaris. Tetapi ketika Noel diam-diam menghubungi saya dan menjelaskan maksudnya secara meyakinkan, saya mempercayainya dan kemudian berhenti melawannya. Konsistensi Noel membela Pemerintahan Jokowi, Pancasila dan NKRI pun terbukti, yakni ketika ia bersama teman-temannya mendirikan Ganjar Pranowo Mania (GP Mania). Mudah-mudahan para pendukung Pemerintahan Jokowi tak lagi menyinyiri Noel sebagai Ketum Jongos Munarman (Joman).
Hidup di tengah keterbelahan bangsa seperti ini semua pihak dituntut untuk bisa saling pandai-pandai menahan diri. Jangan mudah menghakimi seseorang yang meyakini pilihan politiknya sendiri. Asal tetap mau tunduk dan setia pada Pancasila dan UUD '45, asal mau tetap hormat pada Sang Saka Merah Putih dan Pemerintahan yang sah, maka kita semua bersaudara dan harus saling mengharumkan antara satu dengan yang lainnya. Kecuali jika ada yang masih teriak-teriak di jalanan, atau secara sembunyi-sembunyi mengusung agenda Ganti Sistem Demokrasi Pancasila dengan Sistem Khilafah Islamiyah, ya sikat saja, tangkapi semua, proses hukum dan jebloskan ke penjara. Ini baru namanya Indonesia yang merdeka dan berdaulat dengan Ideologi Negaranya, Pancasila yang kuat dan jaya !...(SHE). TJS