TAPTENG | MEDIA-DPR.COM. Menurut hikayat nya, Desa Siantar Gunung' dan Huta Nabolon ditetapkan pengembangannya kepada sahabatnya bermarga Sitompul, Nainggolan dan Tambunan.
Itu sebabnya di Desa Siantar Gunung hingga Desa Huta Nabolon banyak terdapat penduduk dari keturunan tiga marga Batak Toba tersebut, sekaligus ketiga marga itu menjadi 'Raja Huta' (Tuan Rumah) di sana.
Setelah Siantar Gunung dan Huta Nabolon ditetapkan menjadi satu perkampungan maka mereka membuat 'tanda' berupa sebuah pohon Bintatar sebagai tanda 'Perpadanan' (Ikatan) lalu pohon itu di tanam ditengah perkampungan Siantar Gunung, pohon itu cepat tumbuh, besar dan tinggi, daunnya rindang, hal itu menjadi latar belakang dari sebutan nama Desa Siantar Gunung.n
Selanjutnya rombongan itu turun gunung menyusuri Belantara rimba yang padat dan lembab dengan satu tujuan yaitu mencari tanah subur sekaligus membuka wilayah baru dan mereka berhasil menemukan dataran luas. Dipedalaman bagian selatan, yang akhirnya mereka sebut 'Simanosor' yang artinya 'Menyusuri'
Raja Anggoli Hutagalung menamakan dataran itu sebagai Wilayah 'nahornop' artinya yang 'datar': dan 'subur':sehingga baik untuk Perkampungan dan bercocok tanam
Melihat keadaan itu, sahabat serta pamannya bermarga Napitu dan Pasaribu memilih tanah tersebut sebagai Tanah Perkampungan bagi Marga Pasaribu dan Napitupulu, itu sebabnya keturunan dari marga Pasaribu dan Napitu mayoritas menjadi Raja Huta (Tuan Rumah) di Desa Simanosor Kecamatan Sibabangun Tapteng sampai sekarang.
Rombongan orang-orang sakti itu kembali membuat 'tanda' Perkampungan pilihan bagi Paman dan Sahabatnya itu, berupa pohon Hariara na bottar (Pohon Beringin Putih) yang berarti bahwa Hula -hula dan Sahabat Siopat Pisoran itu 'akan menetap dan berkembang untuk mengayomi Penduduknya sekaligus sebagai tanda Pembatas Wilayah' (menurut kabarnya pohon beringin tersebut sudah ditumbang oleh Pekerja Kontraktor, sehingga tidak dapat ditemukan lagi di sekitar Perkampungan Simanosor).
Agar pembukaan perkampungan baru terus berlanjut, maka sebagian dari rombongan ke 19 Marga, kembali ke Bona Pasogit (Kampung Halaman) sebagian lagi ada yang tinggal sementara, hal itu mereka lakukan berdasarkan kesepakatan bersama namun dengan cara bergiliran.
Begitulah tata cara mereka melakukannya pembukaan Perkampungan baru yang diperkirakan hingga 3 tahun lamanya di Wilayah Tapian Nauli Godang.
Setiba di kampung halaman masing-masing Warga Desa berkumpul dan menyambut kehadiran Raja mereka yang telah sekian lama meninggalkan mereka untuk membuka Perkampungan baru bagi warga itu sendiri. Pertemuan itu mewarnai persaudaraan yang amat akrab, manyatu dan kuat.
Begitu juga Warga Desa Lobusingkam Sipoholon Tarutung yaitu Desa asal kelahiran Raja Anggoli Hutagalung, juga berkumpul menyambut kedatangan Raja mereka, dan pada saat pertemuan itulah dicetuskan bahwa barang siapa yang ingin ikut ke Tapian Nauli Godang agar segera mempersiapkan bekal untuk kebutuhan mereka selama diperjalanan menuju perkampungan baru, demikianlah Raja Anggoli Hutagalung memimpin 'Bangso'-nya itu. (Part 3) (Rossy)