Saparua | MEDIA-DPR.COM, Dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam pemberantasan Tuberkulosis (TBC), Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Saparua turut serta dalam kegiatan pertemuan koordinasi rencana pelaksanaan Active Case Finding (ACF) TBC yang dilaksanakan secara daring melalui aplikasi Zoom. Kegiatan ini berlangsung di ruang kesehatan Lapas Saparua pada Kamis, (17/07).
Pertemuan ini menjadi bagian dari persiapan nasional dalam pelaksanaan skrining TBC dengan metode rontgen dada yang direncanakan menyasar seluruh Rumah Tahanan Negara (Rutan), Lapas, Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), dan Lembaga Pembinaan Anak Sementara (LPAS) pada tahun 2025. Kegiatan ini diikuti oleh tenaga kesehatan Lapas Saparua, Senly Matitale, di bawah koordinasi Kasubsi Pembinaan.
Dalam kegiatan tersebut, materi disampaikan oleh dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA selaku Ketua Tim Kerja Tuberkulosis Kementerian Kesehatan RI, yang menjelaskan pentingnya pelaksanaan skrining aktif dengan metode rontgen dada di seluruh UPT Pemasyarakatan sebagai bentuk deteksi dini dan pencegahan penyebaran penyakit menular.
Direncanakan pada semester II tahun 2025, skrining serupa akan kembali digelar secara menyeluruh kepada 273.085 penghuni UPT Pemasyarakatan se-Indonesia, termasuk di dalamnya Lapas Saparua. Hal ini tentu menuntut kesiapan maksimal dari seluruh jajaran petugas kesehatan di lapas.
Senly Matitale, staf kesehatan Lapas Saparua yang mengikuti kegiatan koordinasi ini, menyampaikan bahwa forum tersebut sangat membantu dalam memberikan pemahaman teknis maupun prosedural terkait pelaksanaan skrining TBC di lapas.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat, karena kami jadi lebih memahami bagaimana teknis pelaksanaan skrining dengan rontgen dada yang efektif dan sesuai standar. Kami juga jadi lebih siap untuk mendampingi pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan,” ujar Senly.
Kepala Lapas Saparua, Pramuaji Buamonabot, menyampaikan bahwa pihaknya mendukung penuh pelaksanaan program ini dan akan menindaklanjuti arahan dengan memperkuat pemahaman petugas terkait proses skrining dan penanganan TBC.
“Melalui kegiatan ini, kami semakin siap mendukung pencapaian target nasional eliminasi TBC. Deteksi dini menjadi kunci utama dalam menciptakan lingkungan pemasyarakatan yang sehat dan aman,” ujar Kalapas.
Selain itu, Lapas Saparua berharap kegiatan ini tidak hanya berhenti pada tahap koordinasi, tetapi juga segera ditindaklanjuti dengan pelatihan teknis lapangan, penyediaan sarana pendukung skrining, serta sinergi lintas sektor agar program berjalan optimal. Dengan keterlibatan aktif seluruh pihak, skrining TBC dapat menjadi langkah nyata menuju pemasyarakatan yang sehat, aman, dan bebas penyakit menular.