Posisi Tertinggi Militer di Indonesia Pernah Dipegang Oleh Jenderal-Jenderal Batak

Iklan Semua Halaman

.

Posisi Tertinggi Militer di Indonesia Pernah Dipegang Oleh Jenderal-Jenderal Batak

Staff Redaksi Banten
Senin, 27 Maret 2023

TAPANULI | MEDIA-DPR. Tanah Batak telah melahirkan sejumlah orang besar. Mereka menjadi Jenderal-jenderal yang berperan besar di negeri ini. 


Di masa lalu ada Tahi Bonar Simatupang, kemudian Abdul Haris Nasution, Donald Izacus Panjaitan hingga Luhut Binsar Panjaitan yang begitu berpengaruh dalam kabinet Presiden Joko Widodo. 


Di antara orang-orang Batak yang jadi Jenderal itu, yang sampai ke puncak karir militer sebagai Panglima Tentara Nasional Indonesia adalah TB Simatupang, AH Nasution, Maraden Panggabean dan Feisal Tanjung. Hingga 2016, Feisal Tanjung adalah orang Batak terakhir yang menjadi Panglima TNI. 


Sementara yang lain mencapai posisi Komandan Korps atau Panglima KODAM. Jenderal Panjaitan dan Jenderal Nasution 


Siapa tak kenal Luhut Binsar Panjaitan? Pensiunan Letnan Jenderal itu kini menjabat sebagai Menteri Kemaritiman dan Sumber Daya Republik Indonesia. 


Dari namanya, sudah jelas dia adalah orang Batak. Dalam sejarah militer Indonesia, Luhut bukan satu-satunya orang bermarga Panjaitan jadi Jenderal. 


Orang tak akan lupa pada Pahlawan Revolusi Mayor Jenderal (Anumerta) Donald Izacus Panjaitan, atau mantan Komadan Kopassus yang ikut memimpin operasi pembebasan sandera di Don Muang Bangkok, Sintong Panjaitan. Satu lagi, jenderal bermarga Panjaitan, yakni Hotmangaraja Panjaitan. 


Nama terakhir ini, seperti Luhut dan juga Sintong pernah bertugas sebagai Baret Merah (Kopassus). 


Hotmangaraja tak lain adalah putra dari Donald Izacus Panjaitan. 

Dalam buku Siapa Dia? Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (1988) yang disusun Harsya Bachtiar, tercatat ada seorang dokter yang menjadi Brigadir Jenderal bermarga Panjaitan lagi. 


Namun, tak dijelaskan nama lengkapnya hanya dr F.G. Pandjaitan saja ditulisnya. 


Masih ada lagi Mayor Jenderal (Almarhum) Mulia Panjaitan, Mayor Jenderal (Purnawirawan) Mangatas Panjaitan, Mayor Jenderal (Marinir) Sturman Panjaitan, Marsekal Pertama Monggur Panjaitan. 


Mungkin akan ada lagi orang bermarga Panjaitan yang jadi bintang di TNI. 


Selain marga Panjaitan, banyak pula orang dengan marga Nasution yang menjadi jenderal. 


Siapa tak kenal Abdul Haris Nasution? Jenderal Bintang Lima ini tak hanya pernah jadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dua kali dan terlama dalam sejarah Angkatan Darat (AD). Pertama, dari 1949 hingga 1952, kedua dari 1955 hingga 1962. Setidaknya sembilan tahun dia memimpin Angkatan terbesar dalam kemiliteran Indonesia.

Belum ada yang menyamainya dalam sejarah AD.


Satu prestasi Nasution adalah dia banyak menulis puluhan buku sejarah dan militer, seperti Seputar Perang Kemerdekaan yang sebelas jilid banyaknya. 


Karya paling terkenal adalah Pokok-Pokok Gerilya, meski dengan bantuan penulis hantu. Belum termasuk berjilid-jilid buku biografinya, Memenuhi Panggilan Tugas. 


Belum ada jenderal yang menyaingi Nasution juga dalam hal buku. 


Sementara itu beberapa prajurit AD malah terkesan anti buku dewasa ini. 


Buku Siapa Dia? Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, mencatat nama lain sebagai jenderal selain AH Nasution yakni Zulkifli Nasution, M. Noor Nasution, Kaharudin Nasution dan Z. Djalalu'din Nasution. Mereka bertugas sebelum tahun 1990. 


Salah satu dari marga Nasution itu belakangan ada yang pernah sebentar menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) sejak 2011 hingga 2012, yakni Azmyn Yusri Nasution yang sudah pensiun. 


Di Angkatan Udara ada almarhum Imron Nasution yang berasal dari korps penerbang. Jabatan terakhirnya sebelum meninggal adalah Komandan Pusan Pendidikan Pengembangan Spesialisasi Kodiklat TNI. 


Di kepolisian ada dua jenderal bermarga Nasution, yakni Inspektur Jenderal Rusli Nasution dan Komisaris Jenderal Saud Usman. 


Dari Marga Siregar, ada Brigadir Jenderal H.M Ali Siregar, Brigadir Jenderal A. Azis Siregar, Brigadir Boerhaniedin Siregar, Mayor Jenderal H aji Marsan Siregar dan Raja Inal Siregar. 


Sebelum Sudi Silalahi, Menteri Sekretaris Kabinet era Susilo Bambang Yudhoyono, menjadi jenderal, setidaknya ada Mayor Jenderal H Silalahi yang pernah menjadi Kepala Staf KODAM Cendrawasih dan Tiopan Bernard Silalahi yang menulis novel Toba Dreams serta menjadi pelindung dari SMA Soposurung. 


Lalu dari marga Panggabean ada Jenderal Maraden Saur Panggabean yang pernah menjadi Panglima ABRI merangkap Menteri Pertahanan di era Soeharto, dan Brigadir Jenderal Lodewijk Saur Maruli Panggabean yang pernah menjadi Wakil Pangdam Jakarta Raya lalu. 


Sementara jenderal dari marga lain selain yang disebut di atas cukup sedikit. 


Orang-orang Batak lain yang jadi Jenderal antara lain Abdul Manaf Lubis, Abdul Muluk Lubis, Achmad Rivai Harahap, Adolf Sahala Rajagukguk, A. Husni Pohan, Albertus Maruli Tambunan, Amir Sembiring, Arifin S.S. Tambunan, Arifin Tarigan, Arsenius Elias Manihuruk, August Marpaung, Cornel Simbolon, E.W.P. Tambunan, Feisal Tandjung, Hasudungan Simanjuntak, Hopman Sitompul, Kilian Sidabutar, Jansen Rambe, Junus Samosir, Justin Sinaga, Lahiradja Munthe, Laupasa Malau, Oeloeng Sitepu, Pieter Damanik, Radjamin Purba, Raja Kami Sembiring Meliala, Raja Meteksa Tarigan, Ricardo M.J. Siahaan, Richard Panggabean, Risman Daulat L. Tobing, Romulo Simbolon, Roni Sikap Sinuraya, Rudolf Butarbutar, Sahala Nababan. (Rossy)



close