KABUPATEN BANDUNG | MEDIA-DPR.COM, Dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) Central Cipanas Margamukti resmi beroperasi sejak 15 September 2025 di bawah naungan Yayasan Gardana Desa Indonesia.
Kehadiran dapur ini menjadi bagian dari program pemenuhan gizi bagi anak sekolah di wilayah Kecamatan Pangalengan.
Perwakilan mitra Yayasan Gardana Desa Indonesia, Dedi Supriatna, menyampaikan bahwa dapur ini melibatkan 47 relawan, ditambah satu Kepala SPPG, satu staf akuntansi, dan satu ahli gizi.
Mayoritas relawan berasal dari Desa Margamukti, dengan tambahan dari Desa Margamulia dan Sukamanah.
" Program MBG ini mendapat respons positif dari sekolah maupun orang tua murid. Anak-anak kini mendapat makanan sehat di sekolah, sementara orang tua merasa terbantu karena biaya jajan anak berkurang,". Ujar Dedi. Saat ditemui Kamis, (02/10/2025).
Saat ini, dapur MBG Central Cipanas Margamukti melayani 2.736 penerima manfaat dari 26 sekolah, mayoritas tingkat PAUD, RA, dan TK, serta lima SD.
Distribusi makanan dilakukan menggunakan tiga unit mobil, meski menurut Dedi jumlah tersebut masih dirasa kurang. Wilayah distribusi terjauh menjangkau PAUD di Desa Lamajang, dengan jumlah murid 25–30 orang.
Dedi menambahkan, perannya sebagai perwakilan mitra adalah mengawasi seluruh proses, mulai dari penerimaan bahan mentah, persiapan, produksi, hingga distribusi.
" Karena bahan mentah adalah hal krusial, kami menghadirkan ahli gizi untuk memastikan kualitas dan keamanan pangan,". Katanya.
Sementara itu, Tetri Sinaga, ahli gizi dapur MBG Central Cipanas Margamukti, menjelaskan bahwa setiap bahan baku yang datang diperiksa terlebih dahulu kualitas dan kuantitasnya. Proses persiapan dimulai pukul 16.00 WIB, meliputi pemotongan sayur, protein, hingga perencanaan menu.
" Tim pengolahan mulai bekerja sejak pukul 22.00 WIB. Kami mengontrol tingkat kematangan, cita rasa, hingga keamanan makanan. Prinsip utama adalah memisahkan bahan mentah dan makanan matang agar tidak terjadi kontaminasi silang,". Jelas Tetri.
Setelah dimasak, makanan disimpan di ruang pendingin sebelum masuk ke proses pemorsian. Porsi dibedakan menjadi kecil dan besar sesuai kebutuhan penerima manfaat. Setiap tahap tetap diawasi oleh tim ahli untuk memastikan standar gizi tercapai.
Terkait limbah, Tetri menyebut rata-rata sisa makanan hanya sekitar 3–7 kilogram per hari, tergantung menu.
" Limbah organik seperti sayuran kami serahkan ke pengelola pakan ternak, cacing, atau lele,". Ujarnya.
Untuk menjaga kebersihan, tray makanan dicuci melalui proses berlapis, direndam air panas, dibersihkan dengan sabun khusus, dibilas dengan air dingin, lalu kembali disterilisasi menggunakan air hangat.
Dengan seluruh upaya tersebut, dapur MBG Central Pangalengan Margamukti diharapkan mampu mendukung peningkatan gizi anak sekolah di Pangalengan.
(Ayi Supriatna)