Opini Kader PMII Rayon Al-Fanani, Universitas Islam Malang : KESERAKAHAN YANG TAK KUNJUNG TIBA

Iklan Semua Halaman

.

Opini Kader PMII Rayon Al-Fanani, Universitas Islam Malang : KESERAKAHAN YANG TAK KUNJUNG TIBA

Staff Redaksi Media DPR
Rabu, 30 Desember 2020

 


Penulis : Moh. Rofiq Risandi

Keserakahan manusia tidak akan pernah hilang kecuali setelah kematian menjemputnya. Didalam bahasa arab, serakah itu artinya sikap yang tak pernah puas dengan apa yang sudah dicapai. Karna ketidakpuasanya itu segala metode pun dapat ditempuh.

Serakah adalah salah satu penyakit hati. Mereka selalu menginginkan lebih banyak dan tidak peduli apakah cara yang ditempuh itu dibenarkan oleh syariah atau tidak dan tidak pernah berfikir apakah mengorbankan kehormatan orang lain. Yang penting  kebutuhan nafsunya sudah terpenuhi.

Dan ini sebenarnya adalah menjadi tanda Tanya bagi setiap pemikir, mengapa mereka yang kaya raya, mereka yang mempunyai harta berlimpah mengapa harta mereka tidak disedekah kan bagi orang-orang yang tidak mampu, bagi orang-orang yang terlantar dijalanan malah mereka menggunakan harta mereka dengan membeli mobil yang bertumpuk-tumpuk selalu kurang dengan apa yang mereka miliki.

Bila penyakit sosial ini tidak segera dibersihkan akan dapat menimbulkan malapetaka. Orang-orang yang serakah , akan membuat mata hati dan pendengarannya manjadi tuli. “ Cintamu terhadap sesuatu membuat buta dan tuli.” ( HR Ahmad).

Serakah, ternyata tidak sebatas pada harta benda semata-mata. Ada orang yang serakah kepada wanita ataupun jabatan. Orang serakah kepada wanita akan menjadikan wanita itu sebagai pemuas nafsu belaka. Orang yang serakah kepada jabatan akan berusaha mendapatkan apa yang menjadi incarannya dengan segala cara. Tidak pernah berfikir apakah cara yang ditempuh baik atau buruk.

Dan kemudian diksi serakah diperhalus oleh Adam Smith dengan padanan individualis. Smith beranggapan sifat individualis manusia harus dipertahankan. Itulah yang justru akan memacu dirinya untuk merasa harus maju dan menjadi pemenang dalam persaingan.

Individualis tidak sama dengan egois, meski keduanya sama-sama mementingkan diri sendiri. Implikasi egois tanpa memerhatikan orang lain, sedangka individualis memaksa memerhatikan kepentingan orang lain. Sebab Smith mencurigai bahwa the road to hell is paved with good intensions.

Dalam buku klasik The Fable of the Bees (1714) Bernard de Mandellive menganggap sifat rakus manusia yang selalu lebih mementingkan diri sendiri akan memberi dampak sosial bagi masyarakat. Inilah yang dikhawatirkan filsuf tersohor Plato, yang sangat mengecam kekayaan dan kemewahan.


Plato berpandangan setiap orang bisa hidup sejahtera secara merata, maka manusia perlu dan berkewajiban mengendalikan nafsu keserakahannya untuk memenuhi semua keinginan yang melebihi kewajaran.

close