Opini Dosen Universitas Buddhi Dharma Tentang Desas Desus Covid-19 dibalik 15 Ramaddan 1441

Iklan Semua Halaman

.

Opini Dosen Universitas Buddhi Dharma Tentang Desas Desus Covid-19 dibalik 15 Ramaddan 1441

Staff Redaksi Media DPR
Jumat, 03 April 2020
Tia Nurapriyanti, S.Sos.I, M.IKom

Penulis :
Tia Nurapriyanti, S.Sos.I, M.IKom
Dosen Universitas Buddhi Dharma

Fenomena wabah yang menular dengan begitu mudah dan cepat bak Multi Level Marketing (MLM) ini telah mampu menggemparkan indonesia bahkan diseluruh belahan dunia. Yang pada akhirnya kita sebut dengan virus Corona - covid 19, yang telah familiar ditelinga dengan sebutan Corona. Covid-19 akhir-akhir ini menjadi wacana yang cukup menarik untuk dibahas bahkan bahasan begitu luas hingga dapat dilihat dari berbagai macam sisi.  Sisi sosial kemasyarakatan, politik, psikologi, ekonomi perdagangan, agama bahkan dalam bahasan teori dan yang paling menarik adalah tentang bagaimana teori konspirasi menyikapi fenomena ini, yaitu Covid-19 yang akhirnya mendunia.

Akan tetapi kali ini ada bahasan yang paling menarik dari sekedar teori konspirasi yang begitu menantang untuk disimak bahkan dikonsumsi yaitu fenomena covid-19 ketika kita korelasikan dengan agama dan sejarah Islam.
Taukah kalian dalam kajian Islam fenomena covid-19 ini digadang gadang menjadi awal mula kehancuran dunia, bukan tanpa alasan mengapa hal demikian menjadi kajian khusus dikalangan umat Muslim. 
Diriwayatkan dari Aisyah ra, ia bertanya kepada Rasulallah SAW tentang wabah penyakit yang tersebar di seluruh negeri, kemudian beliau memberitahu, bahwa wabah itu merupakan siksaan yang ditimpakan oleh Allah SWT kepada siapa saja yang dikehendaki_Nya, akan tetapi Allah SWT menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman, maka pada seseorang yang tinggal disuatu daerah yang terjangkit wabah dan ia sabar serta memohon kepada Allah kemudian dia sadar bahwa  ia tidak akan tertimpa wabah kecuali Allah akan menakdirkanya, maka ia mendapat pahala seperti pahalanya orang yang mati syahid (HR. Bukhari).

Dari fenomena ini dikabarkan bahwa ada sebagian umat muslim yang percaya hal ini ada kaitanya dengan 15 Ramadhan yang akan datang di hari jum'at pada bulan puasa tahun ini yaitu 1441H, mengapa demikian karena diliahat dari sebuah ciri yang saat ini ada larangan-larangan seperti sholat berjamaah di masjid yang menyebabkan tempat ibadah menjadi sepi, lalu umat muslim tidak bisa ber-umroh dan haji hingga umat muslim tidak dapat melaksanakan tawaf. Sedangkan tawaf sendiri dipercaya bahwa memiliki korelasi dengan pergerakan tata surya. Hal ini bisa di lihat dari beberapa sumber yang ada bahwa dalam alam mikro bagian terkecil dari setiap benda disebut atom. Elektron-elektron selalu berputar mengelilingi inti pusat atom, melakukan putaran rotasi dengan arah berlawanan jarum jam. Dan Tawaf menunjukkan kesamaan arah putaran bumi dan galaksi. Saat tawaf, sehingga hal ini menjadi sebuah diskusi kajian Islam bahwa saat tidak ada lagi orang bertawaf maka disanalah kehancuran bumi akan dimulai. Dan beberpa ulama memprediksikan bahwa kejadian 15 Ramadhan itu akan tiba di tahun ini. Lantaran hal yang tadi saya sebutkan itu sudah Nampak saat ini.

Apa sebenarnya yang akan terjadi di 15 Ramadhan? Diyakini bahwa akan akan terjadi huru hara di bulan syawal jika pertengahan bulan ramadhan terjadi pada hari jum’at dan akan terdengar suara / teriakan yang sangat keras. Dijelaskan dalam Musnad al-Syaasyi juz II halaman 262 no.837.
Lalu bagaimana kita menanggapi hal ini? Tidak sedikit umat muslim yang bertanya. Apakah benar dipertengahan Ramadhan akan terjadi huru hara? Setelah dihitung ternyata pertengahan ramadhan jatuh pada hari jumat ramadhan tahun ini 1441. Apakah itu akan terjadi seperti yang telah disebutkan oleh hadis diatas? Saya sebagai penulis hanya bisa mengatakan, Wallahualam. 

Akan tetapi kita sebagai umat muslim wajib mengantisipasi sebelum itu semua benar akan terjadi.  Oleh karena untuk bersiap-siap adalah suatu hal yang sangat diperlukan. Lalu bagaimana jika kejadian itu tidak ada dan tidak terjadi? Minimal kita sudah siap menghadapi ketikapun itu tidak terjadi.  Anggap hal itu adalah hanya sebuah prediksi manusia yang bisa saja salah dan juga benar.
Sehingga kita bisa tarik kesimpulan bahwa, hadis itu bisa kita katakan palsu atau dhoif.  Kenapa? karena kita juga tidak bisa mengklime kebenaranya, sebab tidak ada bukti nyata atau rekaman rasul bersabda demikian.  

Saya sebagai penulis hanya bisa menghimbau kepada para umat muslim didunia, khususnya di Indonesia, Diharapkan, jika tanggal 15 Ramadhan nanti tidak terjadi, maka kita sebagai ummat Islam tidak mengklim bahwa Nabi telah berbohong. Karena ini bukan tentang nabi akan tetapi hadist nya yang memang tidak shoheh/dhoif (lemah).

Editor : Muhamad Agus Supriatna
close