SIBOLGA | MEDIA-DPR.COM. Mengutip cerita Sejarah yang dikisahkan oleh Orang-orang tua, dan para tokoh marga Hutagalung, Lumban Tobing, Panggabean, Silitonga, Dongoran, Pasaribu, Napitupulu, Sitompul, dan Togatorop (Golongan Pemuka Adat/Budaya. Sejarawan, dll)
Semasa hidup mereka di Sibolga 35 tahun lalu kepada penulis mengatakan: "Bahwa diawal tahun 1515, ketika terjadi kemarau panjang setelah gempa bumi yang melanda Rura Silindung (Sekarang Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara) itu, terbentuk sebuah pertemuan di suatu tempat tepatnya di puncak gunung Dolok Martimbang Tarutung.
Mereka yang melakukan pertemuan itu tidak lain adalah para leluhur dari Tanah Batak yang memiliki kesaktian.
Mereka bersatu dan berkumpul disana untuk membahas situasi yang melanda masyarakat Rura Silindung, serta mencari solusi untuk menolong serta menyelamatkan warga Rura Silindung itu dari gempa susulan yang mungkin akan terjadi kembali.
Sebagian ada yang kelaparan bahkan sebagian penduduk desa-desa di Rura Silindung ada yang terkena penyakit kulit dan sebagainya.
Tetapi mereka yang belum terkontaminasi penyakit tersebut, mereka dievakuasi ke tempat yang menurut hemat leluhur itu adalah suatu tempat yang bisa menjanjkan bagi masa depan anak cucu dikemudian hari.
Para leluhur yang berkumpul di atas Gunung Dolok Martimbang itu terdiri dari beberapa Marga Batak Toba mereka semua adalah orang-orang panutan dari daerah asalnya masing-masing. Mereka diundang salah satu leluhur dari Marga Hutagalung Patuan Napitu yang bernama Raja Anggoli Hutagalung. Dan mereka adalah
01. Hutagalung Harean.
02. Hutagalung si raja Ina.
03. Hutabarat Hapoltahan.
04. Panggabean Lumban Ratus.
05. Lumban Tobing.
06. Sitompul.
07. Tambunan.
08. Nainggolan.
09. Simatupang.
10. Tamba.
11. Sipahutar.
12. Simaremare.
13. Silitonga.
14. Pasaribu Bondar.
15. Napitupulu.
16. Lumbantoruan.
17. Situmeang.
18. Dongoran.
Dikatakan, bahwa mereka ternyata mereka yang diundang oleh Raja Anggoli Hutagalung masih ada hubungan dan ikatan keluarga, mereka merupakan saudara kerabat serta sahabat Raja Anggoli.
Ketika melakukan pertemuan di Puncak Dolok Martimbang itu, mereka yang berkumpul bersama Raja Anggoli Hutagalung itu seluruhnya hadir dengan jumlah 19 orang sekaligus 19 Marga, Uniknya mereka datang bersama dengan 'Babiat' (Harimau) sebagai hewan tunggangan mereka, sedangkan Raja Anggoli Hutagalung selaku 'Sang Pengundang' berdiri ditengah-tengah mereka juga bersama 'Babiat si Bontar' (Harimau putih) dan Gajah Bontar' (Gajah Putih) sebagai tunggangannya.
Penulis mencatatkan kisah itu, sesuai dengan bahasa dan alur cerita dari Bapak Sutan leter Hutagalung , yang mengatakan bahwa Raja Anggoli Hutagalung adalah seorang yang amat 'sakti', dengan memiliki kemampuan Supranatural yang berbeda dari kedelapan belas (Saudara sepupu, kerabat dan sahabatnya) orang/marga itu. (Pance)
Episode Pertama.